Penulis : Sabrina Alisa
Palestina merupakan salah satu negara yang kaya akan tradisi, sejarah, seni, dan budayanya. Bahkan, terlihat dalam arsitekturnya yang mencerminkan keberagaman budaya dengan sejarahnya yang panjang.
Seperti yang kita ketahui, Palestina mempunyai jejak sejarah yang kaya, mulai dari masa Romawi hingga masa kekhalifahan Ummayah dan kekaisaran Ottoman. Hal ini tentunya tidak lepas dari Palestina sebagai pusat kegiatan budaya dan agama selama ribuan tahun sehingga mempengaruhi bentuk arsitektur di Negeri Para Nabi tersebut.
Dalam jurnal “Ancient Palestinian Dwellings The Biblical Archaeologist”, H. Keith Beebe (Mei 1968), mengungkapkan bahwa konstruksi monumental Palestina kuno sangat melimpah.
Penggalian di Beidha di Yordania modern menunjukkan bahwa rumah-rumah Palestina paling awal dibangun sekitar 9.000 tahun yang lalu.
Terdiri dari pondasi batu dengan struktur atas terbuat dari batu bata lumpur, strukturnya sederhana, seringkali tidak lebih dari satu ruangan dengan satu pintu, dan kemungkinan besar tanpa jendela.
Atap biasanya terbuat dari penyangga kayu yang di atasnya diletakkan tikar atau sikat buluh yang dianyam, di atasnya ditambahkan lapisan mortar tanah liat, digulung halus untuk membuat permukaan kedap air.
Banyak dari rumah-rumah awal ini memiliki ruang pemakaman di bawah lantai. Makanan disiapkan di luar rumah tempat silo penyimpanan juga berada. Rumah-rumah dikelompokkan berdekatan, dan kadang-kadang berbagi dinding belakang atau samping yang sama.
Namun, semakin ke sini, bangunan rumah Palestina semakin beragam. Setidaknya, ada 4 denah lantai yang telah diidentifikasi: lingkaran multagonal, lingkaran, persegi, dan persegi panjang.
Pada rumah-rumah berbentuk persegi panjang memiliki lebih dari satu kamar. Kamar tersebut memiliki dinding lurus dengan sudut membulat. Disinyalir ini menjadi sisa tradisi dari rumah bundar di periode sebelumnya. Lantainya dilapisi dengan plester kapur keras, memanjang hingga ke dinding.
Kendati demikian, seiring berjalannya waktu, bangunan-bangunan di Palestina mulai mengadopsi banyak budaya. Hal ini dipengaruhi oleh beragam periode, mulai dari Romawi hingga ke zaman modern.
Berikut ini 6 “zaman” yang mempengaruhi arsitektur Palestina.
Zaman Kuno
Pada zaman kuno, wilayah Palestina ditempati oleh beberapa peradaban seperti Kanaan, Fenisia, dan Kerajaan Israel kuno. Bangunan-bangunan kuno, seperti tembok kota, kuil, dan struktur pemerintahan, mencerminkan gaya arsitektur zaman tersebut. Arsitektur pada zaman ini menampilkan dinding batu besar dan memiliki halaman. Desainnya sederhana, namun kuat.
2. Zaman Romawi dan Bizantium
Periode ini melihat konstruksi bangunan monumental seperti amfiteater, basilika, dan gereja-gereja yang penting. Contohnya adalah Basilika Kelahiran di Betlehem yang dibangun pada masa Bizantium.
Dalam arsitektur Romawi, karakteristik bangunannya cenderung menggunakan bahan yang tahan lama untuk memastikan umur panjang bagi struktur bangunan mereka. Selain itu, arsitektur Romawi sering juga menampilkan kolom dekoratif pada bangunan mereka dan mengadopsi gaya kolom Doric, Ionic, dan Corinthian dari pendahulunya di Yunani.
Kolom-kolom ini, dibuat dengan cermat dan dihiasi dengan detail yang rumit, menambahkan elemen keagungan pada fasad dan interior. Pilihan gaya kolom seringkali merupakan keputusan arsitektur yang disengaja, memberikan bangunan dengan karakter dan simbolisme yang unik.
Selain itu, karakteristik lainnya adalah penggunaan kubah untuk langit-langitnya serta fasad monumental sehingga menampilkan interior yang mewah. Ya, tidak jarang kita melihat bangunan Romawi kuno dengan fasad yang dihiasi elemen dekoratif seperti patung, prasasti, atau relief.
Seperti Romawi, bangunan Bizantium juga terkenal megah dengan langit-langit berkubahnya, fasad monumental, serta banyak kolom.
3. Pengaruh Islam
Gaya arsitektur Islam sebenarnya muncul dari gabungan beberapa model, yakni dari Mesir, Bizantium, Persia. Gaya ini dicirikan oleh pengulangan yang teratur, struktur yang memancar, dan pola ritme geometris. Hal tersebut biasanya terpatri pada ornamen bangunan. Bukan hanya pola geometris motif bunga atau hewan saja, tetapi ornamen Islam juga ditandai dengan adanya kaligrafi rumit.
Fitur penting lainnya dalam arsitektur Islam, yakni termasuk kolom dan lengkungan yang terorganisir dan terjalin dengan barisan tiang bergantian.
Selain itu, karakteristik arsitektur Islam adalah adanya aula terbuka yang ditopang oleh kolom. Hal tersebut disinyalir berasal dari tradisi arsitektur Persia. Sedangkan pemakaian kubah, berasal dari Bizantium.
Setelah penaklukan Islam, wilayah Palestina melihat bangunan-bangunan Islam yang ikonik. Dome of the Rock (Kubah Batu) di Masjid Al-Aqsa di Yerusalem, dibangun pada abad ke-7, menjadi salah satu simbol arsitektur Islam yang paling terkenal di Palestina.
4. Periode Kekhalifahan Umayyah, Abbasiyah, dan Mamluk
Pada masa ini, banyak bangunan bersejarah seperti Benteng Al-Karak, Benteng Ajloun, dan struktur-struktur penting lainnya dibangun. Arsitektur berkembang dengan penggunaan kubah, mihrab, dan ornamen Islam yang khas.
Pengaruh kekhalifahan Umayyah, contohnya adalah penggunaan beragam elemen dekorasi, seperti mosaik, lukisan, pahatan, dan ukiran. Biasanya, dekorasi ini dibuat di dinding bangunan. Selain itu, periode ini juga memperkenalkan tradisi membuat “nave” atau lorong di depan mihrab lebih lebar dari yang lain. Pembuatan lorong tersebut diaplikasikan di bangunan terkenal di Yerusalem, The Dome of the Rock.
Sedangkan pada periode kekhalifahan Abbasiyah, cirinya adalah panel dekorasi plesteran mencontohkan gaya miring yang menggunakan motif lebih abstrak.
Pada periode Mamluk, ditandai dengan penggunaan voussoir joggle (sambungan yang saling mengunci balok batu yang disusun dalam bentuk melengkung di atas gerbang pintu ataupun jendela), pasangan bata ablaq, cetakan muqarnas, dan tatahan marmer beraneka warna.
5. Pengaruh Ottoman
Selama pemerintahan Ottoman, banyak bangunan dibangun dan direnovasi dengan gaya arsitektur Ottoman, termasuk penggunaan kubah, taman dalam, dan struktur khas Ottoman lainnya. Cirinya biasanya adalah sering dihiasi dengan lingkaran, mawar, dan setengah lingkaran yang dibentuk dari plester berukir, serta menggunakan batu lumpur sebagai bahan bangunan.
6. Zaman Modern
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, arsitektur Palestina sendiri terdiri dari banyak gabungan budaya. Lalu, di zaman modern, arsitektur di Palestina juga dipengaruhi arsitektur global, namun banyak arsitek juga berusaha memadukan elemen-elemen tradisional dengan desain modern untuk menjaga warisan budaya.
Arsitektur Vernakular Palestina
Arsitektur vernakular merupakan gaya atau desain arsitektur yang disesuaikan dengan kondisi setempat atau arsitektur yang terbentuk dari proses yang berangsur lama dan berulang-ulang sesuai dengan perilaku, kebiasaan, dan kebudayaan di tempat asalnya.
Di Palestina, terdapat ciri khas dari arsitekturnya, yakni adanya keselarasan antara situs dan struktur. Di mana preferensi terhadap garis lurus, yang terlihat pada dinding, pintu, jendela, dan sebagian besar atap rumah. Selain itu, ada keunikan arsitektur Palestina, yaitu penggunaan kubah silang dari pasangan bata yang dilapisi lumpur di atas bekisting kayu yang ditopang bagian tengahnya untuk menciptakan ruang persegi berbentuk kubah.
Jika di Arab, kubah digunakan untuk bangunan monumental, seperti istana, masjid, dan makam, atau untuk tempat penyimpanan di bawah tanah, di Palestina, kubah tidak hanya digunakan untuk bangunan monumental tersebut, tetapi juga digunakan untuk pembangunan rumah.
Bahan Pembangunan yang Biasa Dipakai oleh Arsitektur Palestina
Ada 2 jenis rumah yang mendominasi di Palestina, yakni rumah sederhana yang ditemukan di pedesaan dan rumah pekarangan yang ditemukan di pusat kota. Kendati demikian, kedua jenis rumah ini menggunakan batu bata dan beberapa jenis batu lain yang disesuaikan dengan wilayahnya. Ada batu kapur yang mengandung silika, balok batu, batu kapur keras dengan magnesium, batu marmer, hingga batu lumpur. Pemakaian batu inilah nantinya keluar warna yang khas dari bangunan di Palestina, seperti warna putih gading, merah muda, hingga keabu-abuan.
Kondisi politik dan konflik di wilayah Palestina telah mempengaruhi perkembangan arsitektur. Pembangunan, renovasi, dan pelestarian bangunan bersejarah terkadang terhalang oleh konflik politik yang berlangsung.
Meski begitu, masyarakat Palestina terus mempertahankan warisan budaya mereka, menjaga nilai-nilai, tradisi, dan identitas mereka di tengah perubahan zaman.
Sumber:
https://archgyan.com/the-power-of-palestinian-architecture/
https://en.wikipedia.org/wiki/Architecture_of_Palestine
https://www.architecturaldigest.com/story/roman-architecture-101